Nama desa Babalankidul dari berbagai sumber yang ada yang dapat kami himpun baik dari sesepuh desa, tokoh masyarakat, tokoh agama / spiritual, cerita yang berkembang dimasyarakat ataupun sebuah fakta yang setidaknya mengarah pada kenyataan yang ada, didalam menyuguhkan dan menelusuri sejarah nama tersebut tidak menutup kemungkinan ada versi-versi lain diluar sepengetahuan kami.
Desa Babalankidul terbagi 4 (empat) wilayah pedukuhan, yaitu :
Dukuh Jembangan terletak diujung sebelah barat yang merupakan gerbang masuk desa Babalankidul dari arah barat yaitu berbatasan dengan desa Karangsari, Jembangan itu sendiri sudah membawa nama sejak keberadaannya yaitu tempat genangan air, dan secara fakta sampai sekarang tempat tersebut apabila hujan tiba selalu tergenang / banjir lokal.
Dari cerita masyarakat tempat tersebut merupakan sungai siluman yang mengalir dari Kesesi ke laut Jawa yang pernah dilalui perahu Kolodito yang melegenda untuk menuju ke Mataram.
Pedukuhan Ngerditan terletak di tengah desa antara dukuh Jembangan dan dukuh Kemandungan, di pedukuhan Ngerditan ada sebuah pemakaman umum yang lebih sering dikenal dengan nama Pemakaman Tandhuk , asal muasal nama tersebut akan kami coba uraikan dengan berbekal informasi dari berbagai sumber yang ada atau cerita masyarakat yang berkembang selama ini, kami menggabungkan dari berbagai peristiwa, konon sebuah pengembaraan sekelompok prajurit Pangeran Diponegoro yang kebetulan bermukim sementara diwilayah tersebut, karena diantara sekelompok anggota keluarga prajurit ada yang melahirkan (bahasa jawa : babaran) yang kebetulan dari etnis cina yang tidak jelas untuk mengucapkan kata babaran (menjadi Babalan) kemudian masyarakat untuk mengenang daerah itu menyebutnya dengan kata Babalan yang berasal dari kata babaran (melahirkan) konon kabarnya peristiwa tersebut bertepatan dengan hari Radite (bahasa jawa kawi yang berarti hari selasa) dengan berjalannya waktu ada pergeseran pengucapan Radite menjadiNgerdite/Ngerditan sehingga pedukuhan tersebut dikenal dengan nama Ngerditan . Dari kelahiran anak tersebut diharapkan menjadi orang yang berguna untuk meneruskan perjuangannya serta berperilaku santun / tawadhuk dan masyarakat lokal mengalami kesulitan pengucapanya, sehingga tawadhuk diucapkan menjadiTandhuk , dan sampai sekarang tempat tersebut oleh masyarakat dijadikan pemakaman umum dengan nama Pemakaman Tandhuk .
Adapun versi lain menyebutkan bahwa tanah yang digunakan untuk pemakaman adalah tanah milik dari seseorang yang bernama Tandhuk (Mbah Tandhuk) konon menurut cerita masyarakat sekitar merupakan tokoh yang dituakan.
Kemandungan merupakan nama pedukuhan yang ada di desa Babalankidul yang letaknya sebelah ujung timur dan menjadi pintu masuk desa dari sebelah timur yang berbatasan dengan desa Jajarwayang. Adanya cerita rakyat yang berkembang disana adalah Kemandungan (berasal dari kata : Mandung ) yang diambil dari nama seorang tokoh pemuka agama pada waktu itu, oleh masyarakat biasa disebut “Mbah Kyai Mandung” Beliau hidup ditempat itu sambil menyebarkan agama islam sampai akhir hayatnya di makamkan di dukuh tersebut sehingga dikenal sebagai pedukuhan Kemandungan dan sampai sekarang oleh masyarakat sekitar makam tersebut masih terawat dan digunakan untuk kegiatan religi.
Pedukuhan Wates adalah Wates atau batas antara desa Babalankidul dengan desa Bojongminggir yang sebelah selatan, di pedukuhan tersebut terdapat suatu tempat yang dikenal Mbeji, Mbeji tersebut berasal dari kata Suroaji (Mbah Mbeji) yang merupakan tokoh yang mumpuni.
Adapun versi lain Mbeji berasal dari kata mbiji atau menilai, karena tempat tersebut digunakan oleh tentara Belanda untuk mengidentifikasi masyarakat pribumi apakah sebagai masyarakat sipil atau tentara / pejuang.
Dari sumber lain Mbeji itu nama lain daripada tersier atau saluraan air yang digunakan untuk irigasi pertanian dilingkungan itu.
KEWILAYAH DESA BABALANKIDUL
Dari keempat pedukuhan yang ada di Desa Babalankidul seiring dengan perkembangan zaman dalam pemerintahan di negara kita dalam rangka tertib administrasi kewilayahan sebutan pedukuhan berubah menjadi dusun, dukuh wates merupakan dukuh terkecil dan dihuni sedikit penduduk maka untuk itu dukuh wates digabung dengan dukuh yang berdekatan yaitu dukuh Ngerditan, jadi sekarang Desa Babalankidul mempunyai tiga Dusun dan tiap dusun mempunyai satu Rukun Warga (RW) jadi Desa Babalankidul mempunyai tiga Dusun dan tiga RW yaitu: DusunJembangan , Dusun Ngerditan , Dusun Kemandungan , RW.01, RW.02, dan RW.03 dan tiap Dusun atau RW terbagi dalam beberapa Rukun Tangga (RT), RW.01 ada 2 RT yaitu RT.01 dan RT.02, RW.02 ada 3 RT yaitu RT.03, RT.04, dan RT.05, dan RW.03 ada 2 RT yaitu RT.06 dan RT.07.
DESA BABALANKIDUL
Banyak versi yang menyebutkan sejarah nama desa Babalankidul, antara lain :
Pengembaraan sekelompok prajurit P. Diponegoro yang kebetulan bermukim sementara, karena diantara sekelompok anggota keluarga prajurit ada yang melahirkan (bahasa jawa:babaran) yang kebetulan dari etnis cina yang tidak jelas untuk mengucapkan kata babaran (menjadi babalan) kemudian masyarakat untuk mengenang daerah itu menyebutnya dengan kata Babalan yang berasal dari kata babaran (melahirkan). Panambahan kata kidul dan lor karena adanya suatu pemekaran desa pada zaman Hindia Belanda dengan batas wilayah adalah sungai Rowokembu masyarakat sekitar menyebutnya Wangan Agung.
Pada waktu pembuatan pemukiman dan babat alas terdapat banyak pohon nangka yang sedang musim bunga / babal (bakal buah nangka) sehingga daerah tersebut dikenal dengan nama Babalan.
Pelarian seorang Adipati yang mencari selamat melaui daerah ini yang merupakan hutan belantara atau mbobol alas ke arah timur dan bermukim disuatu tempat, disana menyamar sebagai dalang dan melakukan pentas wayang sehingga dikenal dengan desa Jajarwayang sekarang, tujuan dari pementasan wayang tersebut untuk mengumpulkan prajurit yang bercerai berai, kata Babalan diambil dari kata Mbobol menjadi Babalan.
Desa Babalankidul merupakan sebuah desa bentukan pemerintah Hindia Belanda untuk meningkatkan usaha pertanian dan perkebunan mereka, karena kepentingan mereka tersebut maka dibuatlah sebuah saluran air kemungkinan desa Babalankidul dan Babalanlor merupakan daerah pertanian dan perkebunan yang luas, saluran air tersebut dikenal sungai Rowokembu masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Wangan Agung sebagai saluran utama dan tepat diujung desa Babalankidul dan Babalanlor dibuatlah 2 (dua) saluran kecil / tersier yang keselatan menuju Babalankidul dan yang keutara menuju Babalanlor, dalam peristiwa pembuatan saluraan tersebut oleh masyarakat disebut dengan membobol kali karena ada dua bobolan yaitu bobolankidul dan bobolanlor inilah yang kemudian oleh masyarakat dikenal dengan nama desa Babalankidul dan desa Babalanlor adapun sungai Rowokembu (Wangan Agung) sebagai pembatas desa.
Asal - usul nama desa Babalankidul dan Pedukuhan – Pedukuhan yang ada dalam wilayah desa Babalankidul, namun demikian tidak menutup kemungkinan masih banyak sumber yang lain diluar pengetahuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi kelengkapan data – data untuk bahan penyempurnaan tulisan kami, terima kasih.